Kisah Kakek tamorudin dan Kakek Tamorata Sampai Terbentuknya Desa Engkode
Kecematan Mukok, Kabupaten
Sanggau,Provinsi Kalimatan Barat.
Pada
zaman dahulu, orang-orang berlomba berperahu menuju ke bukit kujau untuk
bertemu dengan abu golap. Dan mereka berlomba-lomba menggunakan perahu. Orang Tayan
kalah, singgah di Tayan, Orang Meliau kalah, singgah Meliau, Orang Sanggau kalah,
singgah di Sanggau, Orang Biang kalah, singgah di Biang dan Kakek Mangot kalah,
singgah di batang entakai lalu dia bikin pondok disana kemudian
dia pergi ke pohon besar di Pontianak. Selesai cerita tersebut.
Kembali
lagi muncul cerita Kakek Tamorudin dan Kakek Tamorata. Mereka berdua adalah Seorang
ayah dan anaknya. Tamorudin adalah ayahnya Tamorata, sedangkan Tamorata adalah Anak
nya, yang sekarang di panggil kakek dalam cerita. Mereka hidup di hutan rimba.
Suatu hari, mereka pergi dari hutan rimba tersebut. Mereka pergi menuju bukit mangga, letak nya di dekat sungai ubay. Mereka singgah disitu, kemudian berangkat
dari situ mereka pindah ke sungai terio, datang mereka di situ
membuat danau oleh mereka berdua dengan ayahnya. Kemudian mereka pergi lagi dan singgah di
riam kuning, sesampai mereka disitu lalu berbicara untuk berpisah.
Ayah nya berkata “ sekarang kita dua berpisah di sungai kedukul ini, bapak
masuk ke sungai kedukul, kamu masuk ke sungai engkode”.
Lalu jawab kakek tamorata (Anaknya) “ Iya pak”
Lalu ayahnya berkata lagi” kalau bapak singgah
di sungai kedukul, bapak bikin rumah di
hutan bangyang.
Kemudian
Tamorata menjawab “ Iya pak, berarti aku bikin pondok di hutan barau”.
Kemudian
pergilah Tamorata (Anak nya) ke hutan barau, lalu berladang dan bersawahlah si
Tamorata dari besi, lalu besi tidak mau tumbuh (besi dijadikan padi) karena
padinya tidak mau tumbuh ia pun kesal dan memberantakannya, kemudian sisa lubang
tugalnya di kotorin dan di makan oleh anak barau. Karena melihat kejadian itu,
lalu dia pun pergi dan perpindah ke hutan setompong, datang ke hutan setompong,
baru ada ada kakek arong,kakek ranying,kakek ria,kakek dangka,kakek silan oleh
jeh perana, kakek tamorata dengan kakek arong dan kakek jampong. Lalu banyak
lah mertuanya.
Kemudian
ketika musim pengorek(pembunuh), istri dari kakek jampong terbunuh dan kepalanya di ambil ketika
istrinya di lumbung padi. Karna melihat istrinya tidak ada di lumbung padi maka
kakek ini tiba-tiba melihat darah kepala istrinya di mentanah(tempat sarang
semut di tanah). Kemudian ia mengikuti arah darah tersebut, sampai di
perbatasan dengan kampung entakai, kakek ini minta permisi kepada orang ada di tempat itu dengan
bermaksud agar tidak ada orang yang menghalangi dia untuk mencari tahu siapa
yang membunuh istrinya. Sampai di suatu tempat ia pun ketemu dengan pengorek(pembunuh)
istrinya, lalu dia membalas dendam kepada si pengoreh(pembunuh) istrinya dengan
memotong kepalanya. Dan sekarang tempatnya di namai sawah seborok. Kemudian
mereka membicarakan untuk bermaksud
berpindah tempat ke tomang cacing,mereka pun datang ketempat tersebut, lalu mereka
mulai mendirikan rumah tetapi sesuai dengan nama nya tomang cacing(tempat
banyak cacing) kampung diserang banyak cacing.
Seorang
dari mereka berkata “ Oh, tempat ini tidak bagus untuk kita,kita kabur dari
tempat ini menuju ke seberang sungai
sana ”. Dalam perjalanan di hutan
baring, mereka ketemu dengan kakek dimeng, lalu berkumpul lah mereka
dengan kakek dimeng. Kemudian balik lagi,bikin rumah di kampung mosu bergabung
dengan kakek dinan,kakek meng, beranak cucu lah mereka di kampung tersebut
sampai ke kakek barat.Kakek barat melahirkan kakek docu dengan anak-anaknya
yaitu dinand,didong dan melahirkan kakek liong, kakek liong melahirkan kakek
apan dan melahirkan orang sumping dengan anak-anaknya yaitu danan,lingot.
Dan
bergabunglah dari saudara kakek docu,kakek barat,seluruh dari orang yang
tinggal di Kampung Desa Engkode.
Demikian Sejarah Desa Engkode, Terima Kasih telah berkunjung diblog saya mohon kasih saran dan kritik.
sumber : Danan ( keturunan dari Kakek liong )