Selasa, 11 Oktober 2016

Sejarah Desa Engkode Kecematan Mukok Kabupaten Sanggau



 Kisah Kakek tamorudin dan Kakek Tamorata  Sampai Terbentuknya Desa Engkode
Kecematan Mukok, Kabupaten Sanggau,Provinsi Kalimatan Barat.

            Pada zaman dahulu, orang-orang berlomba berperahu menuju ke bukit kujau untuk bertemu dengan abu golap. Dan mereka berlomba-lomba menggunakan perahu. Orang Tayan kalah, singgah di Tayan, Orang Meliau kalah, singgah Meliau, Orang Sanggau kalah, singgah di Sanggau, Orang Biang kalah, singgah di Biang dan Kakek Mangot kalah, singgah di batang entakai lalu dia bikin pondok  disana  kemudian dia pergi ke pohon besar di Pontianak. Selesai cerita tersebut.
Kembali lagi muncul cerita Kakek Tamorudin dan Kakek Tamorata. Mereka berdua adalah Seorang ayah dan anaknya. Tamorudin adalah ayahnya Tamorata, sedangkan Tamorata adalah Anak nya, yang sekarang di panggil kakek dalam cerita. Mereka hidup di hutan rimba. Suatu hari, mereka pergi dari hutan rimba tersebut. Mereka pergi menuju  bukit mangga, letak nya di dekat  sungai ubay. Mereka singgah disitu, kemudian berangkat dari situ mereka pindah ke sungai terio, datang  mereka di situ  membuat danau oleh mereka berdua dengan ayahnya.        Kemudian mereka pergi lagi dan singgah di riam kuning, sesampai mereka disitu lalu berbicara untuk berpisah.
 Ayah nya berkata “ sekarang  kita dua berpisah di sungai kedukul ini, bapak masuk ke sungai kedukul, kamu masuk ke sungai engkode”.
 Lalu jawab kakek tamorata (Anaknya) “ Iya pak”  Lalu ayahnya berkata lagi” kalau bapak singgah di sungai kedukul, bapak  bikin rumah di hutan  bangyang.
Kemudian Tamorata menjawab “ Iya pak, berarti aku bikin pondok di hutan barau”.                 
Kemudian pergilah Tamorata (Anak nya) ke hutan barau, lalu berladang dan bersawahlah si Tamorata dari besi, lalu besi tidak mau tumbuh (besi dijadikan padi) karena padinya tidak mau tumbuh ia pun kesal dan memberantakannya, kemudian sisa lubang tugalnya di kotorin dan di makan oleh anak barau. Karena melihat kejadian itu, lalu dia pun pergi dan perpindah ke hutan setompong, datang ke hutan setompong, baru ada ada kakek arong,kakek ranying,kakek ria,kakek dangka,kakek silan oleh jeh perana, kakek tamorata dengan kakek arong dan kakek jampong. Lalu banyak lah mertuanya.
Kemudian ketika musim pengorek(pembunuh), istri dari kakek jampong  terbunuh dan kepalanya di ambil ketika istrinya di lumbung padi. Karna melihat istrinya tidak ada di lumbung padi maka kakek ini tiba-tiba melihat darah kepala istrinya di mentanah(tempat sarang semut di tanah). Kemudian ia mengikuti arah darah tersebut, sampai di perbatasan dengan kampung entakai, kakek ini minta  permisi kepada orang ada di tempat itu dengan bermaksud agar tidak ada orang yang menghalangi dia untuk mencari tahu siapa yang membunuh istrinya. Sampai di suatu tempat  ia pun ketemu dengan pengorek(pembunuh) istrinya, lalu dia membalas dendam kepada si pengoreh(pembunuh) istrinya dengan memotong kepalanya. Dan sekarang tempatnya di namai sawah seborok. Kemudian mereka membicarakan untuk  bermaksud berpindah tempat ke tomang cacing,mereka pun datang ketempat tersebut, lalu mereka mulai mendirikan rumah tetapi sesuai dengan nama nya tomang cacing(tempat banyak cacing) kampung diserang banyak cacing.
Seorang dari mereka berkata “ Oh, tempat ini tidak bagus untuk kita,kita kabur dari tempat ini  menuju ke seberang sungai sana ”. Dalam perjalanan di hutan  baring, mereka ketemu dengan kakek dimeng, lalu berkumpul lah mereka dengan kakek dimeng. Kemudian balik lagi,bikin rumah di kampung mosu bergabung dengan kakek dinan,kakek meng, beranak cucu lah mereka di kampung tersebut sampai ke kakek barat.Kakek barat melahirkan kakek docu dengan anak-anaknya yaitu dinand,didong dan melahirkan kakek liong, kakek liong melahirkan kakek apan dan melahirkan orang sumping dengan anak-anaknya yaitu  danan,lingot.
Dan bergabunglah dari saudara kakek docu,kakek barat,seluruh dari orang yang tinggal di Kampung Desa Engkode.


Demikian Sejarah Desa Engkode, Terima Kasih telah berkunjung diblog saya mohon kasih saran dan kritik.





sumber : Danan ( keturunan dari Kakek liong )